Israel Deportasi 137 Aktivis Global Sumud Flotilla: Laporan Penyiksaan dan Kesaksian Para Aktivis Menggemparkan Dunia

Warta Empat
By -
0

 


WART4 - Jakarta, Ketegangan meningkat di kancah internasional setelah pemerintah Israel mendeportasi 137 aktivis dari misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) yang dicegat oleh pasukan laut Israel di perairan internasional. Para aktivis dari berbagai negara melaporkan mengalami penyiksaan fisik, penghinaan, dan tekanan psikologis selama dalam tahanan, memicu kecaman luas dari lembaga-lembaga HAM dunia.


Misi Kemanusiaan Menuju Gaza Dihentikan Secara Paksa


Global Sumud Flotilla adalah armada kemanusiaan yang membawa bantuan medis, pangan, dan perlengkapan darurat untuk masyarakat Gaza yang terkepung sejak bertahun-tahun. Armada tersebut terdiri dari lebih dari 40 kapal dan 500 aktivis dari 44 negara, termasuk perwakilan dari Asia Tenggara.


Namun, pada awal Oktober 2025, kapal-kapal flotilla tersebut dicegat oleh Angkatan Laut Israel di laut internasional dan dialihkan ke pelabuhan Ashdod. Sebanyak lebih dari 200 aktivis dari 37 negara kemudian ditahan dan diinterogasi sebelum sebagian besar dideportasi.


Deportasi Massal dan Laporan Penyiksaan


Menurut laporan media internasional, Israel secara bertahap mendeportasi para aktivis, dimulai dengan 137 orang pertama, termasuk sejumlah warga Turki, Swedia, Malaysia, dan Indonesia.

Beberapa aktivis menggambarkan kondisi penahanan yang buruk — sel sempit, kutu kasur, kekerasan fisik, dan perlakuan tidak manusiawi.


Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, yang turut serta dalam misi tersebut, melaporkan:


“Kami difoto saat dipaksa memegang bendera yang tidak kami kenal. Kondisi sel sangat kotor, termasuk kasur yang dipenuhi kutu. Ini bukan perlakuan yang manusiawi terhadap relawan kemanusiaan". Dikutip dari The Guardian.


Aktivis asal Amerika Serikat, Leila Hegazy, juga memberikan kesaksiannya:


“Saya dibawa ke Israel melawan kemauan saya. Saya meminta dunia menekan pemerintah AS untuk berhenti berkompromi terhadap genosida yang terjadi di Gaza, dan memastikan keselamatan semua relawan misi ini". Dikutip dari Al Jazeera.


Aktivis dari Dunia Islam dan Asia Tenggara Turut Jadi Korban


Puluhan aktivis dari Turki menjadi kelompok terbesar yang ditahan. Di antaranya Abdulaziz Yalcin, Zeynep Dilek Tekocak, dan Mehmet Sait Direkci, yang berasal dari beberapa kapal berbeda. Salah satu dari mereka, Sinan Akılotu, mengatakan sebelum ditangkap:


“Kami berharap bisa mencapai pantai Gaza sebagai simbol harapan bagi dunia. Kami mengandalkan dukungan semua pihak untuk menembus blokade ini". Dikutip dari ANews Turki.


Dari Asia Tenggara, aktivis Malaysia dan Indonesia juga ikut misi ini.

Beberapa nama yang dikonfirmasi antara lain PU Rahmat, Ardell Aryana, Norhelmi Ab Ghani, dan Muhammad Husein.


Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan bahwa Muhammad Husein, aktivis kemanusiaan asal Indonesia, berada dalam kondisi aman:


“Kami terus memantau kondisi WNI yang ikut serta dalam Global Sumud Flotilla. Saat ini beliau dalam keadaan baik dan sedang menjalani proses pemulangan". Dikutip dari The Jakarta Post.


Kecaman Internasional dan Seruan Investigasi


Banyak organisasi HAM mengecam tindakan Israel. Observatory for the Protection of Human Rights Defenders (OMCT–FIDH) menilai penahanan ini sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan menyerukan penyelidikan independen atas dugaan penyiksaan.


Israel membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa intersepsi flotilla dilakukan untuk “menjaga keamanan nasional” dan menegakkan blokade laut terhadap Gaza, yang disebutnya sebagai langkah “legal dan preventif”.


Namun, laporan dari berbagai media — termasuk Reuters, Al Jazeera, The Guardian, CNN, dan Anadolu Agency — menunjukkan pola yang sama: penahanan dilakukan secara keras, dan para aktivis diperlakukan seperti kriminal meskipun misi mereka bersifat non-kekerasan dan kemanusiaan.


Gelombang Solidaritas Dunia


Setelah deportasi, ribuan orang di berbagai kota — termasuk Istanbul, Kuala Lumpur, Stockholm, dan Jakarta — menggelar aksi solidaritas menuntut pembebasan penuh semua aktivis flotilla dan pembukaan jalur kemanusiaan ke Gaza.


Gerakan “#FreeSumudFlotilla” kini menjadi simbol perlawanan damai terhadap blokade Gaza dan sekaligus memperlihatkan bagaimana tindakan represif Israel terhadap misi kemanusiaan dapat menjadi sorotan global yang mengguncang opini publik dunia.



Red/BS

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)